poskota.online – Pemilihan umum Indonesia berikutnya akan dilaksanakan pada 2024, namun iklim politik sudah memanas. Beberapa nama calon sudah digadang-gadang akan maju di proses elektoral ini, baik itu dalam konteks pemilihan presiden (pilpres) ataupun pemilihan legislatif (pileg). Pemilu Indonesia akan diselenggarakan pada 14 Februari 2024 berdasarkan Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) Nomor 15 Tahun 2023. Nino Nafan Hudzaifi, Alumni Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FH UI) Muda Berprestasi menyambut antusias pemilu dan kandidat calon pemimpin yang sekiranya akan maju nantinya.
Alumni FH UI 2018 yang lama berkecimpung dalam aktivisme serta kerap mengambil peran dalam melakukan kajian hukum dan kebijakan publik ini mengatakan bahwa Pemilu 2024 berperan penting menjaga keutuhan demokrasi melalui partisipasi masyarakat indonesia dalam memilih pemegang tampu kepemimpinan selanjutnya.
Sebagai seorang Gen Z, Nino berusaha mempertimbangkan matang-matang sebelum menentukan pilihannya kelak. “Tersisa beberapa bulan untuk menentukan pemimpin Indonesia. Penting sekali untuk mendorong pemilih untuk berpartisipasi aktif agar dapat memilih pemimpin Indonesia dengan tepat dan agar tidak menyesal di kemudian hari,” ujar Nino.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Nino memiliki setidak-tidaknya 3 (tiga) tips untuk menentukan seorang pemimpin yang tepat bagi para pemilih pemula. Tiga tips ini ia simpulkan dari pengalamannya saat menjadi pemilih pemula di Pilpres 2019 lalu.
Pertama, memahami isu strategis, gagasan, serta visi dan misi besar yang dibawa oleh masing-masing calon. Menurutnya, hal-hal tersebut dapat menjadi indikator keseriusan calon dalam menentukan arah Indonesia kedepannya. Tak hanya itu, gagasan dan visi-misi tersebut juga memudahkan masyarakat untuk melihat arah kebijakan pemerintah dalam 5 tahun kedepan serta relevansi solusi yang akan disediakan untuk menghadapi masing-masing permasalahan yang ada. Penting untuk rakyat Indonesia memilih pemimpin berdasarkan kebutuhan, bukan hanya berdasarkan selera.
“Kedua, melakukan riset track record terhadap setiap kandidat pemimpin Indonesia, yang sejatinya wajib untuk dilakukan oleh seluruh calon pemilih. Bagaimana pandangan politiknya selama ini, apakah yang bersangkutan pernah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana, serta nilai-nilai keluhuran yang sekiranya mereka pegang teguh. Penting juga bagi para calon memiliki ilmu dasar geopolitik dan pengalaman berkecimpung di pemerintahan,” tambah Nino.
Baginya, pengalaman selama beberapa tahun di pemerintahan bisa menjadi modal yang menunjang bagi setiap calon nantinya. Hal ini juga mampu meningkatkan elektabilitas bagi masing-masing calon. Tak hanya itu, ini juga dapat mempermudah riset masyarakat dalam melihat perkembangan perpolitikan masing-masing calon. Namun, maraknya buzzer yang menyebabkan bias informasi cukup menyulitkan riset ini sehingga perlu literasi digital yang lebih aktif.
Terakhir, yang ketiga, Nino juga menekankan pentingnya memperhatikan karakter dan kecerdasan emosional dari masing-masing calon. Menurutnya, penting sekali agar pemimpin memiliki integritas, kerendahatian, serta kebijaksanaan dalam memimpin bangsa ini serta untuk menghindari adanya potensi benturan kepentingan. Terkait kebebasan berpendapat, Nino juga berharap pemimpin nantinya tidak anti kritik atas segala aspirasi rakyat, melainkan memiliki sikap demokratis seperti yang dimiliki oleh banyak negarawan.
“Dengan segala kerendahan hati, saya berharap siapapun pemimpin Indonesia yang nantinya terpilih, baik itu di konteks pilpres ataupun pileg merupakan sosok ideal yang berkomitmen tinggi untuk mengabdikan dirinya untuk publik dan semata-mata demi republik,” tutup Nino.(red)






