Brebes, Poskota.Online – Kemarau tiba, air di sungai Pasar Batang, Brebes menyusut drastis. Para petani bawang di wilayah tersebut pun gigit jari.
Sungai yang biasanya menjadi sumber air irigasi untuk tanaman bawang mereka, kini kering kerontang.
Tak punya pilihan, para petani terpaksa menggunakan air comberan, air limbah penduduk, untuk mengairi tanaman mereka.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Sungai yang biasanya mengalir deras sekarang kering kerontang,” keluh Taryono, salah satu petani bawang, pada hari Jumat 2 Agustus.
“Tanaman bawang saya butuh air, tapi sungai sudah tidak mengalir. Mau tak mau saya terpaksa pakai air comberan.”ucapnya.
Taryono menjelaskan, untuk mendapatkan air comberan pun tidak mudah. “Jaraknya jauh, makanya saya harus pakai disel dan pipa untuk menyedot airnya,” ujar Taryono.
Kondisi ini membuat para petani bawang di Brebes cemas. Masa panen semakin dekat, namun tanaman mereka terancam kekeringan.
“Kami berharap dinas terkait bisa segera mencari solusi agar sungai kembali mengalir,” harap Warno. “Kalau tidak, tanaman bawang kami bisa mati dan kami akan rugi besar.”tutupnya.
Tahun lalu air disungai ini masih mengalir kata Taryono, Ia berharap agar irigasi bisa berfungsi dengan baik tahun ini.
“Kondisi debit air di Sungai Pemali saat musim kemarau ini memprihatinkan,” ungkap Agus Riyanto, Kepala Bagian Irigasi dan Air Baku Dinas PSDA Brebes, menanggapi keluhan para petani, saat ditemui di ruang kerjanya, Rabu (7/8).
“Debit air yang biasanya dialirkan melalui Bendungan Notog mencapai 22 meter kubik per detik, kini turun drastis hingga hanya 10 meter kubik per detik.”jelasnya.
Untuk mengatasi kekurangan air, Dinas Pengairan telah mengatur skema aliran air dari Bendungan Notog ke saluran irigasi kanan dan kiri secara bergantian setiap dua hari.
Dinas PSDA menghimbau petani agar mencocokkan jenis tanaman dengan musim tanam untuk menjaga kelestarian sumber daya air. Alih fungsi lahan di sekitar hulu Sungai Pemali juga menjadi penyebab penurunan kualitas dan kuantitas air.






