instagram youtube

Menjadi Muslim Sejati: Membebaskan Sesama dari Bencana Lisan dan Tangan

Wednesday, 23 July 2025 - 15:32 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Menjadi Muslim Sejati: Membebaskan Sesama dari Bencana Lisan dan Tangan
Oleh: Muhammad Hadiid Al Yasa, S.M

Di Balik Iman: Ukuran Sejati Seorang Muslim
Kita sering mendengar, atau mungkin mengatakan, bahwa Islam adalah agama yang sempurna. Ia bukan sekadar kumpulan aturan ibadah, tapi juga petunjuk hidup yang mencakup seluruh sisi kemanusiaan. Mulai dari cara beribadah, berdagang, bersosial, hingga berbicara dan bertindak terhadap sesama.Namun, jika ditanya: seperti apa sebenarnya wujud dari seorang Muslim yang benar-benar beriman? Apakah ia yang rajin salat dan puasa? Atau yang fasih membaca Al-Qur’an? Tentu
itu semua bagian dari iman, tapi Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam memberi ukuran yang jauh lebih membumi. “Seorang Muslim adalah yang membuat Muslim lainnya merasa aman dari lisan dan
tangannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini pendek, namun dalam maknanya. Ia menunjukkan bahwa Islam sejati tak hanya diukur dari hubungan kita dengan Allah, tapi juga dari bagaimana kita memperlakukan orang di sekitar kita melalui kata-kata dan perbuatan.

Lisan: Kecil Wujudnya, Besar Dampaknya
Siapa yang tak pernah tergelincir dalam ucapan? Bahkan di antara kita yang paling hati-hatipun, pasti pernah salah bicara baik sengaja ataupun tidak. Lisan adalah anggota tubuh yang ringan digerakkan, tapi efeknya bisa sangat dalam. Sebuah kata bisa menjadi penguat hati orang yang sedang rapuh. Tapi bisa juga menjadi pisau yang menusuk tanpa darah. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam pernah mengingatkan:
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya berkata baik atau diam.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Di zaman sekarang, ‘lisan’ tak hanya berarti ucapan verbal. Jari-jemari kita yang mengetik komentar di media sosial, status WhatsApp, unggahan Instagram, semuanya adalah bentuk baru dari lisan. Sayangnya, banyak orang merasa bebas berkata apa saja di ruang digital tanpa menyadari bahwa setiap hurufnya akan dihisab. Ghibah, fitnah, komentar sinis, ujaran kebencian—semuanya bisa dengan cepat menyebar hanya dalam hitungan detik. Nama baik orang lain bisa hancur, hanya karena satu unggahan yang tidak dipikirkan matang-matang. Islam menuntut kita untuk berpikir sebelum bicara, baik dalam dunia nyata maupun maya.

Tangan: Bukan Sekadar Fisik, Tapi Juga Tindakan
Jika lisan adalah tentang apa yang kita katakan, maka tangan adalah simbol dari apa yang kita lakukan. Hadis tadi menyebutkan tangan bukan hanya dalam arti harfiah, seperti memukul atau mencuri, tetapi juga dalam bentuk tindakan yang lebih luas. Tangan bisa bermakna kekuasaan yang digunakan untuk menindas, jabatan yang disalahgunakan untuk memeras, atau bahkan pengaruh yang dimanfaatkan untuk mencelakai orang lain. Padahal, Islam mengajarkan bahwa tangan kita seharusnya menjadi alat untuk membantu, bukan menyakiti. Nabi Shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda: “Tolonglah saudaramu yang zalim maupun yang dizalimi.” Para sahabat bingung dan bertanya, “Bagaimana kami menolong orang yang zalim?” Beliau menjawab, “Dengan mencegahnya dari melakukan kezaliman.” (HR. Bukhari)

Di sinilah letak tanggung jawab seorang Muslim. Tidak cukup hanya tidak menyakiti, tapi juga harus berani mencegah kezaliman, walau hanya dengan mengingatkan, mendoakan, atau minimal tidak ikut-ikutan.

Refleksi di Tengah Riuh Zaman
Kita hidup di masa di mana konflik, ujaran kebencian, dan kekerasan terjadi hampir setiap hari. Dunia seolah semakin bising, dan banyak orang menjadi mudah tersinggung atau menyakiti tanpa beban. Dalam suasana seperti ini, kehadiran seorang Muslim yang menjaga lisannya dan menahan tangannya justru menjadi sangat berarti. Bayangkan, jika setiap Muslim menjaga ucapannya tidak berkata kasar, tidak menyebarkan kebohongan, tidak menyakiti hati orang lain. Dan jika setiap Muslim menahan tangannya dari menyakiti, dari kekerasan, dari tindakan zalim maka dunia ini pasti akan jauh lebih damai. Inilah esensi dari Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin. Rahmat itu bukan slogan, tapi harus nyata dirasakan oleh orang lain baik Muslim maupun non Muslim dari sikap dan perilaku kita.

baca juga  BAZNAS Kota Tangerang Salurkan Bantuan Rp1,89 Miliar, Wali Kota Ajak Warga Tingkatkan Kewajiban Zakat

Muslim yang Membawa Ketenteraman
Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda:
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.”
(HR. Ahmad, Thabrani – hasan)
Jadi, Muslim terbaik bukan yang paling lantang bicara soal agama, bukan pula yang paling banyak atribut keislamannya, tapi yang kehadirannya dirindukan dan kebaikannya dirasakan oleh orang lain. Ia tidak membuat orang lain takut atau merasa terancam karena lisannya atau tindakannya.

Akhir Kata: Mari Menjadi Obor Kedamaian
Keimanan itu bukan hanya apa yang tampak di luar, tapi juga bagaimana hati kita diterjemahkan dalam perilaku. Menjadi Muslim yang sejati berarti menjadi pribadi yang mampu menghadirkan rasa aman dan damai.Di tengah dunia yang penuh keributan ini, mari menjadi obor kedamaian. Jaga lisan kita agar tidak menyakiti, jaga tangan kita agar tidak menzalimi. Sebab, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam juga bersabda:
“Orang yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.”
(HR. at-Tirmidzi – hasan shahih)
Semoga kita menjadi bagian dari mereka yang imannya bukan sekadar di mulut, tapi nyata
dalam tutur kata dan perbuatan.

Catatan Penulis:
Tulisan ini tidak untuk menghakimi siapa pun, tapi sebagai bahan refleksi kita bersama. Saya menulis ini karena saya pun sering khilaf dalam lisan dan tindakan. Semoga Allah selalu membimbing kita menuju akhlak yang lebih mulia. Aamiin.

Facebook Comments Box

Penulis : Ali Al Anshori

Berita Terkait

Jelang Libur Nataru 2025/2026, PT JJC Optimalkan Operasional Ruas Jalan Layang MBZ
PLN Nusantara Power Percepat Pengembangan Pembangkit Hijau Dukung Transisi Energi Nasional
Lapas Brebes Bersama Labkesda Kabupaten Brebes Periksa Depot Air Minum Warga Binaan
Persit KCK PD IV/Diponegoro Gelar Pertandingan Voli Peringati Hari Ibu 2025
20 Pramuka Pemalang Terpilih Ikuti Kemah Internasional “Scouting for Peace and Humanity 2025”
Pamor Wicaksono Minta Pemerintahan Brebes Guyub dan Dukung Seniman
Harry Mulyana ( Sekertaris Desa Dangdang )Sambut Baik Awak Media Dalam Menjalin Silaturahmi
Pengawas Terminal Tipe A Pemalang Ajak Ciptakan Kondisi Aman dan Kondusif Jelang Nataru

Berita Terkait

Thursday, 18 December 2025 - 19:12 WIB

Jelang Libur Nataru 2025/2026, PT JJC Optimalkan Operasional Ruas Jalan Layang MBZ

Thursday, 18 December 2025 - 19:07 WIB

PLN Nusantara Power Percepat Pengembangan Pembangkit Hijau Dukung Transisi Energi Nasional

Thursday, 18 December 2025 - 15:41 WIB

Lapas Brebes Bersama Labkesda Kabupaten Brebes Periksa Depot Air Minum Warga Binaan

Thursday, 18 December 2025 - 14:58 WIB

Persit KCK PD IV/Diponegoro Gelar Pertandingan Voli Peringati Hari Ibu 2025

Thursday, 18 December 2025 - 08:43 WIB

20 Pramuka Pemalang Terpilih Ikuti Kemah Internasional “Scouting for Peace and Humanity 2025”

Berita Terbaru

Politik

Perkara Tipikor Dana Hibah Gereja GKE Sintang Resmi Tahap II

Thursday, 18 Dec 2025 - 18:42 WIB