Pemalang – Jawa Tengah, Kamis (18/9/2025) – Suasana meriah menyelimuti Lapangan Kecamatan Pulosari, Pemalang, saat Festival Wong Gunung (FWG) 2025 resmi dibuka. Gelaran budaya tahunan yang dinanti masyarakat ini berlangsung selama tiga hari, 18–20 September 2025, menampilkan beragam seni tradisional dan modern sebagai upaya menjaga sekaligus mempopulerkan identitas budaya lokal.
Dengan mengusung tema “Tirta Pawitra: Mewujudkan Cahyaning Pemalang,” FWG tahun ini mendapat apresiasi luas dari berbagai pihak. Ketua Dewan Harian Cabang Badan Pembudayaan Kejuangan 45 (DHC-BPK 45) Pemalang, H. Luruh Sayono, S.H., menegaskan bahwa FWG bukan sekadar pesta rakyat, melainkan wujud nyata kecintaan masyarakat terhadap tanah air dan nilai-nilai kebangsaan.
“Festival Wong Gunung memiliki makna mendalam sebagai ekspresi kecintaan kepada tanah air, sembari mengedepankan semangat untuk mengembangkan dan memperkaya budaya lokal. Lebih dari itu, ini juga merupakan ikhtiar mempertahankan semangat kemerdekaan dengan cara melestarikan jiwa, semangat, dan nilai-nilai Kejuangan 45,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Tema “Tirta Pawitra” sendiri sarat filosofi. Air dipandang sebagai simbol kesucian, pembersihan jiwa dan raga, serta sumber kehidupan yang esensial bagi semua makhluk. Dalam tradisi lokal, air dipercaya menyucikan dan menjadi perekat harmoni antar-manusia dan lingkungan.
“Air itu membersihkan dan menyatukan. Dalam ritual pembasuhan, air menjadi simbol pembersihan jiwa dan raga. Ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga keseimbangan dengan alam,” tambah Luruh Sayono.
FWG 2025 menghadirkan pertunjukan tari tradisional, musik gamelan, ritual adat, seni kontemporer, bazar UMKM, pameran produk lokal, hingga konser musik modern. Konsep ini diharapkan mampu menjembatani warisan budaya dengan dinamika zaman.
Menurut Luruh Sayono, nilai-nilai yang terkandung dalam FWG dapat menjadi pendorong pengembangan wilayah, baik di bidang budaya, pariwisata, maupun ekonomi kreatif.
“Makna filosofis yang diangkat dalam festival ini perlu dilestarikan dan dikembangkan. Dengan begitu, FWG dapat menjadi ikon yang memperkuat identitas Pemalang di kancah nasional,” tegasnya.
Pembukaan festival dihadiri oleh pejabat daerah, tokoh budaya, komunitas seni, serta warga lokal. Antusiasme pengunjung terlihat dari ramainya stan kuliner tradisional dan atraksi seni yang menghibur sekaligus mengedukasi.
Dengan agenda yang padat hingga penutupan, FWG 2025 diyakini menjadi momentum penting untuk memperkokoh kebersamaan, meneguhkan identitas budaya Pemalang, serta mengingatkan masyarakat tentang pentingnya menjaga semangat perjuangan dan kearifan lokal.
Penulis: Rama Susmono (Ramsus)







