Jakarta, Beritafakta.id — Semuanya bermula dari hal yang sepele. Saat sedang bekerja di depan laptop, saya melihat titik-titik hitam berterbangan di layar. Mengira layar kotor, saya pun menyekanya. Namun ketika berpindah ruangan, “nyamuk-nyamuk” kecil itu tetap menari di penglihatan saya.
Sebagai pekerja kantoran yang hampir sepuluh jam menatap layar komputer, saya menyepelekannya. Dua minggu berlalu tanpa gangguan berarti, hingga suatu malam, kilatan cahaya seperti lampu blitz muncul di sudut mata kiri. Lagi-lagi saya abaikan.
Kesalahan besar. Ahad pagi, ketika bangun, tirai hitam perlahan turun dari atas mata saya. Tanpa rasa sakit, dunia saya mulai gelap.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Melalui serangkaian pemeriksaan di bawah jaminan BPJS, vonis itu akhirnya dijatuhkan: Ablasio retina — robeknya lapisan vital di belakang bola mata. Sebuah kondisi darurat yang, jika terlambat ditangani, dapat menghapus penglihatan secara permanen.
Bukan Kasus Tunggal
Di ruang tunggu RSCM Unit Mata Kirana, saya tidak sendiri. Budi Santoso (45), analis data asal Jakarta Selatan, mengalami hal serupa.
“Kacamata saya minus 10,” tuturnya pelan. “Floaters sudah lama ada, tapi minggu lalu pandangan saya seperti ditutupi sarang laba-laba. Lalu buram.”
Menurut dokter, minus tinggi adalah faktor risiko utama. Bentuk bola mata yang lebih lonjong membuat retina menipis dan rentan robek.
Lain lagi kisah Santi (28), ibu muda asal Depok.
“Saya kena tendang anak di pelipis waktu tidur. Dua hari kemudian, sisi bawah penglihatan hilang,” ujarnya. “Kata dokter, guncangan keras itu yang menarik retina sampai lepas.”
Perlombaan Melawan Waktu
Retina adalah lapisan tipis di belakang mata yang berfungsi menangkap cahaya—ibarat film pada kamera analog. Bila lapisan ini terlepas dari jaringan penyokongnya, sel-selnya mulai mati karena kehilangan pasokan darah.
“Ablasio retina adalah salah satu kegawatdaruratan mata paling serius,” ujar Dr. dr. Andi Arus Victor, SpM(K), konsultan vitreoretina di RSCM.
Ia menekankan pentingnya mengenali gejala awal:
-
Flashes — kilatan cahaya mendadak di pinggir pandangan.
-
Floaters — bintik atau benang hitam yang tiba-tiba banyak.
-
Tirai hitam — bayangan seperti kain yang menutupi sebagian penglihatan.
“Kalau gejala itu muncul, jangan tunggu besok. Langsung ke IGD rumah sakit mata,” tegasnya. “Semakin lama retina terlepas, terutama bila sudah mengenai makula (pusat penglihatan), makin kecil kemungkinan penglihatan kembali normal.”
Pisau Bedah dan Harapan Baru
Saya akhirnya menjalani operasi vitrektomi, prosedur rumit di mana dokter mengangkat cairan vitreous, menambal robekan retina dengan laser, dan menyuntikkan silikon untuk menahannya agar tetap menempel.
Di ruang perawatan, saya bertemu Harun (62), pensiunan yang juga baru dioperasi.
“Dokter suruh saya posisi telungkup terus selama dua minggu,” katanya sambil tersenyum getir. “Pegal tidak apa-apa, yang penting bisa melihat lagi.”
Posisi face-down ini wajib dilakukan agar gelembung silikon menekan retina di tempatnya. Masa pemulihan pun tidak mudah—penglihatan buram, larangan aktivitas berat, hingga rasa takut akan kambuhnya Ablasio kembali menghantui.
Namun di balik itu semua, ada pelajaran berharga: penglihatan adalah anugerah yang tak ternilai.
Jangan Abaikan Sinyal dari Mata Anda
Ablasio retina bukan vonis akhir, tapi peringatannya sangat keras. Satu kilatan cahaya, satu bayangan hitam yang menari, bisa jadi alarm tubuh yang tak boleh diabaikan.
Jika Anda mengalami gejala seperti:
-
Flashes — kilatan cahaya di mata,
-
Floaters — bintik atau benang hitam melayang,
-
Tirai hitam — bayangan yang menutupi pandangan sebagian,
Segeralah periksa ke dokter mata, apalagi jika memiliki risiko tinggi (rabun jauh berat, pernah benturan kepala, usia di atas 50 tahun, atau ada riwayat keluarga).
Karena di balik setiap lensa, tersimpan kisah berharga tentang bagaimana kita memandang dunia—dan betapa mudahnya dunia itu bisa gelap jika kita terlambat peduli.






