BANJARNEGARA – Ikatan Pemuda Penggerak Desa Indonesia (IPDA) mengadakan MoU dengan Hetero Space. MoU di tandatangani oleh Ketua Umum IPDA Arifin Kusuma Wardani dan Perwakilan Hetero Space Irfan Bachtiar di Aula Kantor Karesidenan Lama Banyumas pada Sabtu, (29 /11/2025).

MoU dengan Hetero Space ini menjalin kerjasama Program Pemberdayaan Pemuda Desa dan Penguatan Ekonomi Masyarakat dalam mendukung Prioritas Pembangunan Nasional dan Daerah.
Hetero Space adalah sebuah coworking space (ruang kerja bersama) yang didirikan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk menjadi wadah kolaborasi, eksplorasi ide, dan pengembangan bisnis, khususnya bagi generasi muda dan pelaku ekonomi kreatif.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Hetero Space dan IPDA memiliki kesamaan tujuan dalam mendukung agenda pembangunan nasional dan daerah melalui kolaborasi pemberdayaan masyarakat ,” Kata Ketua Umum IPDA Arifin Kusuma yang akrab di sapa Dani
Dani menambahkan MoU dengan Hetero Space dimaksudkan sebagai landasan kerjasama dalam mendukung upaya penguatan ekonomi masyarakat melalui pengembangan ketrampilan, kewirausahaan, dan peningkatan kapasitas pemuda desa.
Selain itu kata Dia, MoU juga di lakukan untuk mendorong program-program pemberdayaan masyarakat berbasis potensi lokal termasuk ekonomi kreatif, pangan, wisata dan usaha komunitas.
“MoU ini juga untuk mendorong tumbuhnya unit usaha masyarakat dan UMKM yang produktif, berdaya saing dan berkelanjutan dan diharapkan menghasilkan dampak sosial -ekonomi yang terukur sesuai arah pembangunan nasional dan daerah,” lanjutnya.
Cara ini kata Dani sejatinya adalah kolaborasi untuk bersama sama mengentaskan kemiskinan di Jawa Tengah.
Dani menambahkan, Fokus Gubernur Jawa Tengah saat ini salah satunya adalah ketahanan pangan. Untuk itu IPDA mengajukan pendampingan kepada dua desa miskin di Banjarnegara yaitu Desa Gumelem Kulon dan Wetan Kecamatan Susukan serta Desa Petir Kecamatan Purwanegara.
“Di Desa Gumelem kita melakukan pendampingan kepada para Petani Nira yang sudah sepuluh tahun lebih eksis melakukan eksport, sedangkan di Desa Petir akan dilakukan pendampingan kepada para petani singkong yang nantinya akan menjadi supplier untuk pembuatan tepung mocaf yang mulai merambah eksport,” tambahnya.
Sementara Anggota Komisi E DPRD Jateng, Ja’far Shodiq mengatakan, kemiskinan saat ini bukan hanya masalah ekonomi, tetapi juga masalah sosial yang dipengaruhi oleh pola pikir dan budaya yang menopangnya.
“Mental miskin” atau pikiran miskin adalah pola pikir yang membuat seseorang enggan berusaha, menerima nasib, dan menyalahkan keadaan, sementara “budaya miskin” adalah kebiasaan, nilai, dan keyakinan yang membentuk cara berpikir tersebut, seperti sikap pasrah atau rasa nyaman dengan kondisi miskin.
Ia mencerikatan, bahwa ada salah satu desa miskin exstrem sudah 4 tahun mendapatkan pendampingan, namun tidak juga terselesaikan dan cenderung stagnand.
Kondisi ini disebabkan karena Kepala Desanya tidak progresif, sedangkan warganya tidak mau berubah dan merasa nyaman dengan bantuan yang terus di terima dan tidak ada perbaikan.
“Jika warganya tidak mau berubah dan Kepala Desanya tidak progresif maka tidak akan berubah menjadi desa mandiri, yang lebih parah, baik Kepala desa dan warganya tetap memelihara kemiskinan agar terus mendapatkan bantuan,”Ujar Ja’far Sodiq
Ia berharap desa yang mempunyai mental miskin seharusnya mendapatkan pendampingan khusus. Dan pendamping juga harus mendapatkan insentif khusus agar bisa lebih semangat dalam mendata jumlah KK miskin.
“Ini yang mungkin bisa memecahkan desa yang mempunyai mental miskin dan seharusnya bisa mentas dari kemiskinan dengan pemberdayaan,” katanya.(HR13)






