Tangerang Selatan, Poskota.Online – Setiap tanggal 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu, akar sejarahnya bukan tradisi yang berasal dari Barat tapi dari Kongres Perempuan l yang berlangsung di Yogyakarta, tanggal 22-25 Desember 1928, tidak lama setelah Kongres Pemuda l di Jakarta, tanggal 26-28 Oktober 1928.
Kongres ini menjadi tonggak penting karena untuk pertama kalinya berbagai organisasi perempuan dari berbagai daerah berkumpul dalam satu forum nasional.
Tujuannya jelas, untuk:
1. Pendidikan
2. Perkawinan
3. Kedudukan Perempuan
4. Keterlibatan Perempuan Dalam Perjuangan Bangsa
Kongres ini dipimpin oleh R.A. Soekonto sejumlah tokoh perempuan turut berperan aktif antara lain Nyi Hadjar Dewantara, R.A. Soekanti dari Wanita Utomo, Siti Soendari dari Organisasi Putri Indonesia serta R.A. Soewarni Pringgodigdo.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Kongres Wanita ini juga dihadiri Perwakilan Organisasi Perempuan seperti Aisyiyah, Poetri Mardika, Wanita Utomo, Poetri Indonesia dan puluhan organisasi perempuan lainnya.
Banyaknya pro dan kontra tentang Hari Ibu masih terus terjadi sampai saat ini.
Kenapa hal ini bisa terjadi?
Apakah karena kurangnya pengetahuan Sejarah Perjuangan Perjuangan Bangsa Indonesia atau memang melupakan dan mengabaikan peran Perempuan Indonesia di masa lalu?
Jangan hanya karena tradisi Barat tentang Hari Ibu lantas melupakan, bahwa Hari Ibu di Indonesia itu memiliki perjalanan sejarah perjuangan yang panjang.
Sejarah Lahirnya Hari Ibu ditetapkan oleh Presiden Soekarno melalui Keppres No. 316 Tahun 1959. Memberi makna bukan sekedar merayakan sosok ibu dalam keluarga, tetapi juga memberi peran dalam perjuangan Perempuan Indonesia, pembangunan dan kehidupan sosial.
Peringatan Hari Ibu di Indonesia bukan hanya sekedar perayaan simbolik tetapi lebih memiliki makna emansipasi, perjuangan dan pergerakan perempuan di masa lalu.
“SELAMAT HARI IBU”
(Wirawan)
Penulis : Wirawan
Sumber Berita : Sejarah Nasional Indonesia






