poskota.online – Ketika berbicara stemcell sekarang di Indonesia baru booming dan menjadi ilmu mudah, meski klaim dengan cara podcast dengan para ahli komunikasi didunia enterpreneur saling serang sebenarnya hanya konsep bisnis agar bisnis mereka dianggap paling baik, namun justru semakin banyak orang bertanya bagaimana dengan konsep genetika versus pro kontra kode etik, kehalalan dan juga genetika versus cara kemasan dan pembuatan obat berasal dari makhluk hidup atau biologi.
Di Indonesia ilmuwan baru mulai mengaplikasikan dengan harga fantastis terutama dari stemcell allogenic, para ahli bedah yang juga belajar ilmu biomedis baik ortopedi sekarang memakai nama orthobiology maupun dokter bedah umum yang doubel degree seperti lulusan spesialis bedah Undip yang Bergelar Master Science of medicine, sehingga bisa saja membuat surgeonbiology , di luar negeri melalui ilmu Profesor Yamanaka bahkan sudah mengembangkan induce pluripotent stemcell yang menyampaikan bahwa ilmu stemcell aman juga menjadi ilmu konvensional untuk menuju presisi Medicine, jadi menurut para ahli, iPScs lah yang merupakan dasar menuju ilmu penyembuhan berbasis spesifikasi genetik, dari presisi medicine dimasa datang.
Saat saya ditugaskan oleh ISMKI di Monterrey Mexico tahun 1999 dan ditugaskan oleh Riyadh Firdaus saat itu sekjend Ismki untuk ikut Workshop internasional Leadership Training Program yang berisi teori dan praktek Isyu pandemi, epidemi dan public Policy public health dan juga anti Ageing tranformasi dan evolusi, tak sadar kemudian terlibat berbagai kegiatan IFMSA antar benua, ilmu itu kemudian lama tidak kami gunakan karena saya harus sekolah bedah dan biomedis sementara Riyadh Firdaus mengambil ilmu anesthesi dan reanimasi sekarang di FKUI rscm sementara saya kembali bergabung dengan Almamater saya di Unissula Semarang secara bertahap.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Tulisan ini mencoba mengkolaborasikan ilmuwan yang terjebak pada praktik medis spesialisasi versus berkembangnya ilmu yang sebenarnya dari dulu kami dalami. Semoga kedepannya bermanfaat sebagai salah satu pandangan bahwa bangsa ini tinggal mengaplikasikan dari smua penelitian dan aplikasi klinis semua proses pengobatan apa saja yang semakin maju, karena menurut prof Guritno, guru saya dan ayah angkat saya dibidang Hyperbarik, manusia itu entitas terbuka, jadi, “uji, kamu harus bisa sampaikan upaya pengobatan manusia itu bisa dengan gas seperti oksigen dan hydrogen, dari bahan kimia yang ada ditubuh manusia esensial maupun non esensial, dari sinar untuk radiotherapy, dari tumbuhan untuk kemoterapi seperti paxus, paclitacel semacam kaktus di Mexico, ataupun dengan microbiome dan sebagainya , dorong semua ahli dan peneliti untuk memahami entitas terbuka sel dan jaringan serta tubuh kita, jadi nanti kita bersatu bisa membangkitkan bangsa ini, kata beliau didepan member autohemotherapy and Cell unit research everlasting termasuk Didalamnya Kol.CKM dr Ujang Setyawan SpB, prof Joss Riono, prof atcha, prof Pur, dan saya waktu itu. Kalimat beliau sampai sekarang saya pegang teguh, bahwa semua ikhtiar para ahli kedokteran harus saling menghormati dan jika perlu bersatu.
Pada Tahun 2006, peneliti sel punca bernama Shinya Yamanaka yang bekerja di Kyoto, Jepang, mengambil fibroblas ujung ekor mencit dewasa sel-sel berbentuk gelendong dan biasa-biasa saja yang ditemukan dalam berbagai bentuk di seluruh tubuh-isian, sejauh menyangkut dunia sel punca-dan memasukkan empat gen ke dalam sel-sel itu. Yamanaka menemukan gen-gen itu bukan secara tak sengaja: dia telah menghabiskan bertahun-tahun mempelajari dan memilih Oct3/4, Sox2, c-Myc, dan Klf4 karena kemampuan unik mereka untuk “memprogram ulang” sifat-sifat sel dewasa sehingga menyerupai sel punca. Pada akhir 1990-an, dia mengawali dengan dua puluh empat gen, membandingkan efek masing-masing gen, dan setiap permutasi, percobaan demi percobaan, mengombinasikan satu dengan yang lain dan kemudian menambahkan yang lain, sampai dia mendapatkan empat gen kritis yang relevan saja. (Masing-masing gen ini mengodekan sejenis protein regulasi utama, saklar molekuler yang menyalakan dan memadamkan lusinan gen lain.)
Dia telah memastikan bahwa masing-masing gen itu berperan kritis dalam mempertahankan kondisi sel punca di sel ES manusia dan mencit. Apa yang mungkin terjadi bila dia mengambil sel bukan punca dewasa-fibroblas yang biasa-biasa saja dan dengan paksa memancingnya agar mengekspresikan kombinasi keempat gen regulasi utama yang memberi identitas ke sel punca identitas?
Suatu petang, Kazutoshi Takahashi, peneliti pasca doktor di laboratorium Yamanaka, melongok melalui mikroskop ke fibroblas- fibroblas yang telah dia paksa mengekspresikan keempat gen kritis itu. “Kita dapat koloni!” sang peneliti pasca doktor berseru. Yamanaka bergegas menghampiri. Ternyata memang sejumlah koloni. Sel- sel itu-normalnya berbentuk seperti gelendong dan terlihat biasa sekali-telah mengalami perubahan morfologi, berubah menjadi gugus-gugus berpendar berbentuk seperti bola. Yamanaka nantinya mengetahui bahwa perubahan kimiawi telah terjadi di DNA sel-sel itu; protein-protein yang melipat dan mengemas DNA menjadi kromosom berubah. Bahkan metabolisme sel-sel itu telah berubah. Fibroblas telah berubah menjadi sel punca.
Seperti sel ES, sel-sel itu memperbarui diri dalam biakan. Dan ketika disuntikkan ke dalam mencit yang kekebalan tubuhnya tertekan, mereka pun membentuk beraneka ragam jaringan manusia-tulang, tulang rawan, kulit, neuron. Semua berasal dari fibroblas kulit, sel yang telah berkembang penuh, dan sepertinya tak punya fungsi apa-apa selain bertindak sebagai perancah untuk mempertahankan integritas jaringan kulit atau menyembuhkan luka.
Hasilnya sungguh mengguncang para ahli biologi-bagai gempa Loma Prieta yang mengguncang lempeng-lempeng Bumi di dunia sel punca. Yamanaka telah membuat sel punca dari fibroblas-transisi yang tadinya dianggap mustahil dalam biologi. Seolah-olah-simsalabim! dia telah memutar mundur jam biologis. Dia telah mengubah seorang dewasa yang telah bertumbuh penuh menjadi bukan hanya bayi, melainkan sebutir embrio.
Kemudian, Pada 2007, Yamanaka menggunakan teknik itu untuk mengubah fibroblas kulit manusia menjadi sel-sel serupa ES. Tahun berikutnya Thomson, yang tenar karena ES manusia, mengganti e-Myc dan Kifa dengan dua gen lain, dan lagi-lagi mengubah fibrobla Myc dan menjadi sel punca embrionik (ekspresi c-Myc, terutamamam menciptakan sel-sel serupa ES dianggap sebagai tantangan potensial karena kebetulan merupakan gen penyebab kanker, dan para ahli biologi khawatir sel-sel serupa ES itu nantinya berubah menjadi kanker). Bidang itu menyematkan istilah sel-sel punca pluripoten terinduksi, atau sel-sel iPS (induced pluripotent stem)-“terinduksi” karena diubah, menggunakan manipulasi genetis, dari fibroblas matang menjadi sel pluripoten terinduksi
Sejak temuan Yamanaka, yang membuatnya diganjar Hadiah Nobel pada 2012, ratusan laboratorium telah mulai menggarap sel-sel iPS. Daya tariknya begini: Anda ambil sel Anda sendiri-fibroblas kulit, atau sel dari darah Anda-dan Anda buat sel itu merayap mundur dalam waktu. mengubahnya menjadi sel iPS. Dari sel iPS itu, Anda jadi bisa membuat sel apa pun yang Anda mau-kartilago, neuron, sel T sel beta pankreas-dan sel-sel itu tetap milik Anda sendiri. Tidak akan ada masalah dengan histokompatibilitas. Tidak ada penekanan sistem kekebalan. Tidak ada alasan untuk khawatir soal tamu yang menyerang inang secara imunologis. Pada prinsipnya, Anda bisa mengulangi proses itu tanpa akhir-iPS menjadi sel beta balik lagi menjadi sel iPS balik lagi menjadi sel beta (Yang jelas, kemungkinan mengulang- ulang itu menimbulkan satu lagi fantasi manusia baru: manusia yang setiap organnya, atau jaringannya, yang rusak bisa diregenerasi, dan diregenerasi lagi, tanpa akhir.
Saya terkadang teringat kisah Yunani tentang kapal Delfi. Kapal itu dibuat dari banyak papan kayu. Sedikit demi sedikit, papan-papan itu rusak dan digantikan dengan papan-papan baru, sampai tak ada lagi papan asli yang tersisa. Namun apakah kapal itu telah berubah? Masihkah dia kapal yang sama? Lamunan itu terasa metafisik kini. Namun mungkin segera menjadi fisik. Selagi kita membangun bagian-bagian baru manusia dari sel iPS-dan banyak saintis telah melakukannya-kemudian mencoba membuat bagian-bagian baru dari bagian baru itu, berulang ulang, saya teringat akan bekicot Ozick. Meskipun tak menggesek dirinya sampai habis, dia meninggalkan jejak pertanyaan-pertanyaan metafisika di belakangnya selagi dia bergerak menuju ranah yang tidak pasti dan tidak diketahui. Pada akhirnya, seluruh dirinya telah tergesek habis, dan digantikan. Masihkah dia bekicot yang sama?
Ilmu Allah SWT sangat luas, disaat semua grup WhatsApp ribut dengan kondisi ekonomi sosial dan juga politik versus klaim BPJS yang semakin Rigid, saya dan istri yang berhasil lulus dari Mercher University di program Epidemiologi dan Publik health Policy lebih sering berdebat bagaimana ikut mengembalikan autoogus stemcell untuk terapi masa depan di Indonesia, kebetulan sepupunya bekerja di RS di Kyoto tempat Prof Yamanaka berada, ditengah kondisi ekonomi di Indonesia tersebut kami masih terus berdiskusi tentang allogenic dan autogenic stemcell therapy, disamping saya selaku ketua dewan pengawas RS Islam Sultan Agung Semarang yang harus ikut berpartisipasi aktifi mendorong dan mengawasi RS pendidikan ini yang juga direkturnya seorang profesor di bidang stemcell melalui sccr di Semarang. Semoga ilmu yang kami pelajari bermanfaat rahmatan Lil alamin.(Agus Ujianto)






