Yogyakarta Postkota.online – Ribuan pemuda dari berbagai daerah di Indonesia Ikatan Pemuda Penggerak Desa Indonesia (IPDA) dan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) menggelar acara Talk Show bertajuk Kepemimpinan Pemuda di Tengah Disrupsi AI dan Krisis Sosial.
Acara yang di gelar di Convention Hall UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta ini bertujuan untuk mendorong model kepemimpinan generasi muda yang Berakar dan Inovatif.
Kegiatan yang di gelar pada Selasa (4/11/2025) ini juga diikuti dari 20 komunitas lintas sektor, termasuk Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Sunan Kalijaga.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Selain menghadirkan sesi talkshow utama, acara juga dimeriahkan dengan panggung budaya dan pameran UMKM desa, menampilkan karya kreatif pemuda dan produk unggulan lokal.
Kegiatan ini menjadi ruang pertemuan antara gagasan, karya, dan kebudayaan memperlihatkan bahwa kepemimpinan muda tumbuh bukan hanya dari ruang wacana, tetapi juga dari ruang karya dan ruang sosial.
Ketua Umum IPDA, Arifin Kususma Wardhani, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk nyata dukungan Kemenpora dalam menumbuhkan kepemimpinan muda berbasis inovasi dan pemberdayaan masyarakat.

“Kami ingin memastikan bahwa percakapan tentang kepemimpinan di era AI tidak berhenti di tataran ide, tetapi menjadi gerakan bersama yang menguatkan desa, kampus, dan komunitas,” ujarnya.
Ia juga menegaskan pentingnya model kepemimpinan kolaboratif lintas generasi, di mana sinergi antara pemerintah, perguruan tinggi, dan komunitas desa menjadi ekosistem pembelajaran sosial bagi lahirnya generasi pemimpin yang tangguh dan berorientasi pada perubahan.
Sementara Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama UIN Sunan Kalijaga Dr. Abdur Rozaki, M.Si mengatakan bahwa kepemimpinan pemuda hari ini diuji oleh dua gelombang besar yakni disrupsi teknologi dan krisis sosial yang bersamaan.
“Kaum muda bukan hanya calon pemimpin masa depan, mereka adalah pemimpin hari ini,” tegas Rozaki. “Pemimpin muda sejati adalah mereka yang mampu membaca zaman, beradaptasi dengan teknologi, namun tetap berpihak pada manusia dan nilai-nilai sosial,”katanya
Rozaki juga menyampaikan bahwa kepemimpinan modern menuntut keseimbangan antara keterampilan digital, empati sosial, dan kepekaan budaya, agar kemajuan teknologi tetap berpihak pada kemanusiaan.
Pada kesempatan yang sama tokoh muda dan anggota DPRD Provinsi Jawa Tengah MJ. Jafar Shodiq, menyoroti bagaimana era digital telah mengubah wajah kepemimpinan dan pola interaksi sosial-politik di Indonesia. Ia menjelaskan bahwa meningkatnya literasi internet tidak otomatis menghadirkan masyarakat yang lebih rasional, bahkan sering kali memunculkan gejolak sosial dan polarisasi akibat derasnya arus informasi tanpa penyaring nilai.
Jafar memaparkan empat megatrend nasional yang kini membentuk lanskap politik dan sosial Indonesia yakni meningkatnya intensitas media digital dalam kontestasi politik, ketimpangan ekonomi yang melebar, berakhirnya generasi politisi reformasi, serta menguatnya kapitalisme dan oligarki di balik wajah demokrasi modern.(RZ)






