Jakarta, Poskota.Online – Di penghujung akhir tahun 2022, negara kita dilanda bencana yang disebabkan oleh faktor alam, antara lain bencana gempa bumi di daerah Cianjur pada Senin (21/11/2022) dan Gempa Garut Jumat (02/12/2022), disusul Erupsi Gunung Rinjani, Sabtu (03/12/2022) diwilayah Sumatra Barat, serta Erupsi Gunung Semeru, Minggu (04/12/2022) di wilayah Lumajang Jawa Timur.
Apa arti Fenomena Sloshing, mungkin kita banyak yang belum mengetahui tentang Fenomena Sloshing, menurut Peneliti CIDES Indonesia (Center for Information Development Studies) Indonesia dan Dosen Institut Teknologi Bisnis Ahmad Dahlan (ITB AD) Muh. Rudi Wahyono,Drs, Dipl, Env, MM, ahli geologi geomarfologi alumni Sun Yan Sen University Taiwan serta lulusan Lembaga riset meteorologi dan lingkungan Karlsruhe German.
Ketika di hubungi Poskota.Online melalui sambungan selulernya mengatakan, “bahwa Fenomena Sloshing merupakan fenomena alam, dimana gempa bumi besar dapat mengalir di sekitar magma berbuih di bawah gunung berapi yang berjarak ratusan kilometer, melepaskan gas yang dapat meningkatkan tekanan magma dan bahkan menyebabkan letusan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam pengertian yang sangat umum, gempa bumi dan letusan gunung berapi toh cenderung mengelompok dalam ruang dan waktu, karena keduanya sering terjadi di sepanjang batas gerusan lempeng tektonik di kerak bumi. Sebagian besar letusan gunung berapi individu juga didahului oleh getaran kecil, tepat di bawahnya, yang terkait dengan pergerakan aktual magma di ruang bawah tanah”, ucapnya.
Masih dikatakannya jadi tidak benar erupsi gunung berapi menyebabkan gempa bumi, justru hal tersebut terjadi sebaliknya, bahwa gempa bumi akan memicu gunung berapi menjadi lebih aktif lagi bukan erupsi memicu gempa tektonik, karena gempa gunung berapi adalah gempa vulkanik”, tandasnya. (Aries)
