Tangerang Selatan, 17 Oktober 2025 – Di tengah tekanan ekonomi dan persaingan pasar kreatif, Jolly Craft muncul sebagai salah satu UMKM yang berhasil meneguhkan eksistensinya lewat inovasi dan ketekunan. Bermula sebagai usaha kerajinan sederhana, kini produknya sudah menembus pasar lokal dan nasional.
Awal dan Filosofi Usaha
Jolly Craft didirikan pada tahun 2017 di Tangerang Selatan oleh pasangan suami istri, Ibu Yuliani dan suaminya, dengan melibatkan adik suami sebagai bagian tim inti. Usaha ini berfokus pada produksi tas dan kerajinan anyaman dari plastik daur ulang, dibuat 100 % handmade oleh para pengrajin lokal — mayoritas ibu rumah tangga. Filosofi mereka: “recycle is my way”.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Awalnya mereka tidak merancang skema produksi besar; sebagian besar proses adalah learning by doing, mencari pasar dari mulut ke mulut, dan bereksperimen dengan motif dan bahan. Produksi sempat lumpuh saat pandemi COVID-19 melanda, akibat pengurangan permintaan, kendala logistik, hingga kesulitan modal.
Tahap Kebangkitan dan Dukungan Institusional
Pada masa-masa sulit, Jolly Craft tak menyerah. Mereka beradaptasi dengan menjual langsung via marketplace, memperkuat kehadiran digital, dan merambah partisipasi dalam bazar-bazar. Di akhir 2021, usaha ini terpilih menjadi UMKM binaan Bank Indonesia Banten. Salah satu momentum positif: produk Jolly Craft berhasil sold out dalam waktu 3 hari di event yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia. Selain itu, mereka sempat bekerja sama dengan instansi pemerintah dan lembaga pemasyarakatan untuk memberikan pelatihan menganyam bagi warga binaan.
Prestasi Pasar dan Tantangan Kini
Salah satu prestasi nyata adalah ketika produk Jolly Craft berhasil masuk ke gerai Uniqlo Living World Alam Sutera lewat ruang khusus “Tangerang Selatan Neighborhood” bersama lima UMKM Tangsel lainnya. Hal ini menunjukkan kenaikan kelas produksi dan daya saing brand lokal Jolly Craft.
Dari sisi produk, Jolly Craft menawarkan variasi seperti tas anyaman, tas laptop, keranjang piknik, dan aneka box. Harga produk berkisar antara Rp 12.000 sampai Rp 150.000. Lokasi produksi tersebar antara area rumah tangga di desa dan basis produksi di Tangerang Selatan.
Namun tantangan tak hilang. Beberapa di antaranya:
Skala produksi: kapasitas masih terbatas untuk memenuhi lonjakan permintaan skala besar.
Standar kualitas konsisten: menjaga kualitas handmade agar tetap layak pasar modern.
Logistik & distribusi: pengiriman ke luar kota dan internasional sering menghadapi biaya tinggi dan prosedur ekspor yang rumit.
Modal kerja dan akses pembiayaan: sebagai bisnis kecil, akses ke kredit formal dengan bunga bersaing masih menjadi hambatan.
Harapan dan Langkah Ke Depan
Pemilik Jolly Craft, Yuliani berharap, “Agar skala usaha bisa diperbesar tanpa kehilangan karakter kerajinan tangan. Rencana ekspansi pasar internasional terus digagas. Selain itu, bisa menciptakan lebih banyak lapangan kerja di komunitas sekitar, bermanfaat terus bagi yg terlibat didalamnya dan mendorong kepedulian terhadap lingkungan melalui produk daur ulang” harapnya.
Dukungan dari pemerintah daerah, instansi ekonomi kreatif, lembaga pembiayaan, serta akses pelatihan dan pemasaran digital akan menjadi kunci agar Jolly Craft dan UMKM sejenis bisa “naik kelas” secara berkelanjutan. (Wirawan)
Penulis : Wirawan
Sumber Berita : Ibu Yuliani (owner, Jolly Craft)






