Pemalang, poskota.online – Sudah sekitar 4 hari dari sekarang terhitung adanya peristiwa pengajian Berdarah di Desa Pegundan Kecamatan Petarukan Kabupaten Pemalang Provinsi Jawa Tengah terjadi.
Yakni , adanya bentrokan yang terjadi dalam acara pengajian tersebut , yang menghadirkan Habib Rizieq Sy!hab ( HRS ) ini bahkan sudah menjadi isu nasional memang pada faktanya menyisakan luka mendalam bagi banyak pihak.
Salah satunya dirasakan langsung oleh Supriyanto, yang merupakan anggota Perjuangan Walisongo Indonesia Laskar Sabilillah (PWI-LS) asal Kabupaten Pati, Jawa Tengah, yang menjadi korban pelemparan batu oleh massa FPl.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam kesaksiannya kepada awak media, pada tanggal ( 28 Juli 2025 ) ketika awak media menjumpai beberapa rekan – rekannya ,
Lewat sambungan jarak jauh ( telpon HP ) , dirinya , Supriyanto menjelaskan bahwa dirinya ikut hadir sebagai bentuk solidaritas terhadap suara warga yang menginginkan pengajian berjalan damai tanpa unsur provokasi ” kata Supriyanto di Hand Phone .
Dirinya menerangkan , namun suasana justru memanas, hingga lemparan batu menghujani barisan massa PWI-LS.” lanjut kata Supriyanto.
“Saya terkena batu di bagian kepala, saat itu kami tidak menyerang, kami hanya bertahan. akan tetapi mereka menyerang secara brutal,” ujar Supriyanto dengan nada getir.
Menurut Supriyanto, batu-batu tersebut diduga sudah dipersiapkan sebelumnya oleh massa FPl, yang terlihat membawa karung dan ember berisi batu. Ia menegaskan bahwa PWI-LS telah berkomitmen untuk tidak membawa senjata tajam dan mematuhi instruksi Panglima PWI-LS yaitu Ustad Ali Hifni, untuk menjaga ketertiban ” terangnya .
“Kami datang dengan damai. Kami tidak bawa sajam. Bahkan sebagian besar dari kami hanya membawa air minum, bukan alat bentrok. Tapi kami disambut dengan clurit dan batu,” kata Supriyanto .
“Tolong Jangan Bungkam Korban” waktu ada teman saya yang berteriak membela saya ,
Supriyanto menuturkan bahwa selain dirinya, beberapa rekan lain juga mengalami luka akibat benda tumpul dan tajam. Ia meminta kepada pihak berwenang, khususnya aparat keamanan, untuk tidak menutup mata atas insiden ini, dan mengusut tuntas pelaku kekerasan yang mengganggu ketertiban dan keamanan” ucap Supriyanto.
“Saya tidak ingin membalas. Tapi saya ingin keadilan. Jangan ada korban lain yang dibungkam atau diabaikan karena dianggap melawan arus,” tegasnya.
Pada kesempatan dirinya ditelpon rekannya dan didampingi awak media , Supriyanto mengucapkan harapan untuk Pemalang dan Indonesia,
Supriyanto berharap kejadian ini menjadi pelajaran bagi semua pihak, bahwa pengajian seharusnya menjadi tempat menebar kedamaian, bukan ajang provokasi dan kekerasan. Ia juga mengajak masyarakat untuk lebih selektif terhadap penceramah yang diundang, agar dakwah benar-benar meneduhkan, bukan menyulut kebencian.
“Kami tidak pernah menolak pengajian. Tapi kami menolak cara dakwah yang menghasut dan memecah belah,” tutupnya ,
Dan mengirimkan foto kepalanya yang diperban kepada rekannya untuk diperlihatkan kepada awak media ,
Serta dari rekan – rekannya dari PWI – LS yang berdomisili di Desa Pegundan Kecamatan Petarukan Pemalang yang berinisial ( S ) juga menunjukan foto – foto dan video- video kejadian Pengajian Berdarah tersebut yang sudah viral di seluruh nusantara .
Sampai berita ini ditayangkan pihak berwajib khususnya dari pihak keamanan masih terus mendalami dan menindaklanjuti . ( Ramsus )






