instagram youtube

Klasifikasi EBITDA Rumah Sakit yang “Baik” dan Penerapannya dengan Aturan Kelas Kompetensi Baru di Era INA-CBG’s/INA-DRG

Saturday, 31 May 2025 - 16:46 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

oleh : Dr Agus ujianto MSI Med SpB/Dirut RSI sultan agung Semarang

Bagi manajemen yang memahami bagaimana strategi yang bisa dibuat untuk rumah sakit tetap survive, dia harus memahami dan Menentukan takaran persentase EBITDA yang “baik” untuk rumah sakit memang tidak ada angka tunggal yang universal, apalagi dengan dinamika sistem INA-CBG’s/INA-DRG dan aturan kelas kompetensi baru. Namun, kita bisa melihat rentang umum dan bagaimana manajemen rumah sakit dapat mengadaptasinya.

Secara umum, untuk industri rumah sakit, margin EBITDA (EBITDA / Pendapatan) yang positif dan berada di rentang 15% – 25% seringkali dianggap sebagai indikator kinerja operasional yang sehat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Angka ini bisa lebih tinggi untuk rumah sakit yang sangat efisien atau yang berfokus pada layanan dengan margin tinggi, dan bisa lebih rendah untuk rumah sakit yang sedang dalam tahap investasi besar atau menghadapi tantangan operasional.

Mengapa Angka Ini Penting?
* 15% ke bawah: Mungkin menunjukkan adanya tekanan pada efisiensi biaya, tarif yang kurang menguntungkan, atau volume pasien yang belum optimal. Rumah sakit mungkin perlu evaluasi mendalam terhadap operasionalnya.
* 15% – 20%: Merupakan rentang yang baik, menunjukkan bahwa rumah sakit mampu menutupi biaya operasional intinya dengan baik dan memiliki sisa untuk kebutuhan lain.
* 20% – 25% ke atas: Sangat baik, menunjukkan efisiensi operasional yang tinggi, manajemen biaya yang efektif, dan/atau volume pasien yang kuat dengan portofolio layanan yang menguntungkan.

Namun, yang terpenting adalah tren EBITDA. Apakah margin EBITDA stabil, meningkat, atau menurun dari waktu ke waktu? Peningkatan margin, bahkan dari angka yang sebelumnya rendah, adalah pertanda positif.

Penerapan Manajemen EBITDA dengan Aturan Baru Kelas Kompetensi Rumah Sakit di Era INA-CBG’s/INA-DRG
Aturan baru mengenai kelas kompetensi rumah sakit (misalnya, adanya perubahan kriteria atau peninjauan ulang kelas) dan sistem INA-CBG’s/INA-DRG secara signifikan memengaruhi strategi manajemen untuk mencapai EBITDA yang baik.

baca juga  Tematik Indikasi Geografis, Dirjen KI Dorong Program Percepatan Tahun 2024

1. Pahami Implikasi Tarif INA-CBG’s/INA-DRG per Kelas Kompetensi:

* Tarif Berbeda: Perlu diingat bahwa tarif INA-CBG’s/INA-DRG dapat bervariasi berdasarkan kelas rumah sakit (A, B, C, D). Rumah sakit kelas atas (A dan B) biasanya memiliki tarif yang lebih tinggi karena ekspektasi fasilitas dan kompleksitas layanan yang lebih besar.
* Analisis Profitabilitas Per Kelompok Kasus: Manajemen harus melakukan analisis profitabilitas mendalam per grup INA-CBG’s/INA-DRG. Identifikasi kelompok kasus mana yang paling menguntungkan, impas, atau bahkan merugi di bawah tarif BPJS. Ini memerlukan sistem akuntansi biaya yang kuat (misalnya, Activity-Based Costing atau Time-Driven ABC).
* Fokus pada Kasus “Menguntungkan”: Rumah sakit mungkin perlu menyesuaikan bauran layanan mereka, memprioritaskan atau mengoptimalkan proses untuk kasus-kasus yang cenderung memiliki margin positif di bawah INA-CBG’s, sesuai dengan kelas kompetensi dan kapasitas mereka.

2. Optimalisasi Operasional Berdasarkan Kelas Kompetensi:

* Efisiensi Sumber Daya yang Ekstrem: Di bawah INA-CBG’s/INA-DRG, pendapatan per kasus sudah tetap. Oleh karena itu, kunci untuk EBITDA yang baik adalah mengendalikan biaya operasional. Ini mencakup:
* Manajemen Waktu Inap (LoS): Untuk semua kelas rumah sakit, mengurangi Length of Stay (LoS) pasien tanpa mengorbankan kualitas adalah prioritas utama karena setiap hari tambahan berarti biaya tambahan.
* Manajemen Obat dan Alat Kesehatan (Alkes): Negosiasi yang kuat dengan supplier untuk mendapatkan harga terbaik. Standardisasi penggunaan obat dan alkes sesuai pedoman klinis untuk menghindari pemborosan.
* Optimalisasi Tenaga Medis: Penjadwalan staf yang efisien, pelatihan berkelanjutan untuk meningkatkan kompetensi dan produktivitas, serta pengelolaan rasio pasien-perawat yang optimal sesuai kelas.
* Pemanfaatan Teknologi: Implementasi Rekam Medis Elektronik (RME) yang komprehensif, sistem antrean terintegrasi, dan telemedicine (jika sesuai dengan kelas kompetensi) dapat meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya administratif.
* Clinical Pathway dan Protokol: Penguatan dan kepatuhan terhadap clinical pathway dan protokol medis standar sangat penting. Ini memastikan perawatan yang efektif, mengurangi variasi yang tidak perlu, dan meminimalkan komplikasi yang dapat meningkatkan biaya.

baca juga  Kementerian PANRB Apresiasi Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik melalui Gebyar Pelayanan Prima

3. Strategi Pendapatan Non-BPJS dan Kualitas Pelayanan:

* Diversifikasi Pendapatan (Pasien Umum/Asuransi Lain): Jangan hanya bergantung pada BPJS. Kembangkan layanan untuk pasien umum atau asuransi lain yang mungkin memiliki margin lebih tinggi. Aturan kelas kompetensi baru dapat memengaruhi target pasar ini. Misalnya, rumah sakit kelas A mungkin lebih fokus pada kasus kompleks dari pasien umum/asuransi swasta yang bersedia membayar lebih.
* Penjaga Kualitas Pelayanan: Kualitas pelayanan adalah magnet pasien. EBITDA yang baik tidak boleh dicapai dengan mengorbankan kualitas. Rumah sakit dengan reputasi kualitas yang tinggi cenderung menarik lebih banyak pasien (termasuk non-BPJS) dan mengurangi risiko komplikasi atau klaim malpraktik yang membebani biaya.
* Peningkatan Mutu dan Akreditasi: Pertahankan atau tingkatkan akreditasi rumah sakit. Akreditasi yang baik seringkali berkorelasi dengan operasional yang efisien dan kualitas pelayanan yang lebih tinggi, yang secara tidak langsung mendukung EBITDA.

4. Pengelolaan dan Analisis Data yang Canggih:

* Business Intelligence (BI): Menerapkan tools BI untuk menganalisis data keuangan, operasional, dan klinis. Ini membantu manajemen mengidentifikasi tren, memprediksi masalah, dan mengambil keputusan berbasis data secara cepat.
* Benchmarking: Bandingkan kinerja EBITDA dan efisiensi operasional dengan rumah sakit lain yang sekelas atau serupa (jika data tersedia) untuk mengidentifikasi area perbaikan.
Dengan menerapkan strategi-strategi ini, manajemen rumah sakit dapat mengoptimalkan EBITDA mereka, beradaptasi dengan aturan kelas kompetensi baru, dan tetap berkelanjutan di bawah sistem pembayaran INA-CBG’s/INA-DRG yang menantang.

Facebook Comments Box

Berita Terkait

Bupati Pemalang Informasikan ke Publik Proyek Rekontruksi Pelebaran dan City Walk Sedang Dijalankan
Kapasitas PLN Menguat, DER dan CICR Positif Sepanjang 2024
Bentuk Karakter Generasi Muda Danramil Bodeh Berikan Materi Anti Bullying dan Peraturan Baris-Berbaris
Dirut Sritex Iwan Kurniawan Lukminto Diperiksa Kejagung Terkait Dugaan Korupsi Kredit Perbankan
Dirgahayu 75 Tahun IGTKI – PGRI Kabupaten Pemalang
Pencanangan Bulan Bhakti Gotong Royong Masyarakat Kabupaten Pemalang Tahun 2025
Manfaatkan Dana Desa, Pemdes Karangasem Bangun Jalan Beton Sepanjang 215 Meter
Wabup Bekasi Siap Bangun Akses Mudah Menuju Pasar Lemah Abang
Tag :

Berita Terkait

Monday, 30 June 2025 - 21:39 WIB

Bupati Pemalang Informasikan ke Publik Proyek Rekontruksi Pelebaran dan City Walk Sedang Dijalankan

Tuesday, 24 June 2025 - 22:59 WIB

Kapasitas PLN Menguat, DER dan CICR Positif Sepanjang 2024

Monday, 16 June 2025 - 20:31 WIB

Bentuk Karakter Generasi Muda Danramil Bodeh Berikan Materi Anti Bullying dan Peraturan Baris-Berbaris

Wednesday, 4 June 2025 - 23:14 WIB

Dirut Sritex Iwan Kurniawan Lukminto Diperiksa Kejagung Terkait Dugaan Korupsi Kredit Perbankan

Saturday, 31 May 2025 - 17:38 WIB

Dirgahayu 75 Tahun IGTKI – PGRI Kabupaten Pemalang

Berita Terbaru