instagram youtube

Tradisi Menyambut Lebaran yang Unik dan Bermakna di Indonesia

Thursday, 4 April 2024 - 05:12 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Yogyakarta,Indonesia,june 29 2023,Ancient Traditional Ceremony of Gunungan Grebek Besar Kraton Yogyakarta 2023

Yogyakarta,Indonesia,june 29 2023,Ancient Traditional Ceremony of Gunungan Grebek Besar Kraton Yogyakarta 2023

Poskota.Online – Setelah menjalankan ibadah puasa selama satu bulan penuh, umat Islam akan merayakan kemenangannya dengan suka cita dalam Hari Raya Idulfitri atau Lebaran. Sama seperti bulan Ramadan yang disambut meriah, Idulfitri pun disambut penuh kebahagiaan. Bahkan, setiap daerah di Indonesia seakan memiliki tradisi masing-masing dalam menyambut Idulfitri.

Kalau membahas tradisi Lebaran atau Idulfitri, mungkin kita akan langsung menjawab mudik (pulang ke kampung halaman), dan sungkem (meminta maaf sekaligus memohon restu agar mendapatkan kebahagiaan dan keselamatan lahir batin kepada orang yang lebih tua) sebagai tradisi wajib saat Lebaran. Mengingat, keduanya seakan menjadi momen sakral menyambut Idulfitri.

Tapi, tahukah Sobat Parekraf, ternyata tradisi Lebaran di Indonesia tidak hanya “mudik” dan “sungkem” saja. Nyatanya, setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi Lebaran yang terkenal unik sesuai dengan budaya dan kepercayaan yang sudah dilaksanakan secara turun-temurun. Bahkan, setiap tradisi Lebaran tersimpan makna yang sangat indah dan mendalam. Berikut beberapa tradisi Lebaran di berbagai daerah di Indonesia yang penuh makna:

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Grebeg Syawal (D.I. Yogyakarta)

Membahas tradisi menyambut Lebaran, Grebeg Syawal menjadi salah satu ritual rutin digelar setiap tahunnya. Tradisi yang berasal dari Keraton Yogyakarta ini dilakukan setiap 1 Syawal, atau tepat pada Hari Raya Idulfitri. Grebeg Syawal merupakan wujud syukur setelah melewati bulan Ramadan yang sudah dilaksanakan sejak abad ke-16.

Daya tarik dari tradisi Grebeg Syawal ada pada tujuh gunungan yang terdiri dari: gunungan lanang/kakung sebanyak tiga buah, gunungan wadon/estri, gunungan darat, gunungan gepak, dan gunungan pawuhan masing-masing satu buah.

Seluruh gunungan akan dibawa oleh abdi dalem dan dikawal prajurit Bregodo dari Alun-Alun Utara Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat menuju Masjid Gedhe Kauman, Pura Pakualaman, dan Kantor Kepatihan. Gunungan tersebut akan didoakan terlebih dahulu, sebelum nantinya diperebutkan masyarakat.

baca juga  Publik Bekasi, Yuk Evaluasi 100 Hari Kinerja Bupati dan Wakil Bupati Bekasi Dengan Mengisi Google Form Berikut...

Perang Topat (Nusa Tenggara Barat)

Di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) ada tradisi Perang Topat atau “perang ketupat” sebagai tradisi menyambut Lebaran yang unik dan penuh makna. Konon, tradisi saling melemparkan ketupat ini merupakan simbol kerukunan antar umat Hindu dan Islam yang hidup berdampingan di Lombok.

Sebelum “perang” dimulai, masyarakat akan melakukan doa dan ziarah di Makam Loang Baloq di kawasan Pantai Tanjung Karang, dan Makam Bintaro di kawasan Pantai Bintaro. Uniknya, setelah tradisi dimulai, ketupat-ketupat yang digunakan untuk berperang akan kembali diperebutkan, karena dipercaya membawa kesuburan sehingga membuat panen melimpah.

Ronjok Sayak (Bengkulu)

Tradisi Lebaran di Indonesia yang tidak kalah unik bisa ditemukan di Bengkulu yang disebut Ronjok Sayak. Secara umum, kata Sayak sendiri bisa diartikan sebagai batok kelapa. Dengan kata lain, Ronjok Sayak adalah tradisi membakar batok kelapa kering yang ditumpuk hingga setinggi satu meter. Menurut kepercayaan, tradisi Lebaran Ronjok Sayak sudah dilaksanakan sejak ratusan tahun silam.

Masyarakat Bengkulu percaya jika api merupakan penghubung antara manusia dan leluhur. Itu mengapa, pelaksanaan tradisi Ronjok Sayak berjalan hikmat, dibarengi dengan banyaknya doa-doa yang dipanjatkan selama proses pembakaran batok kelapa. Biasanya, tradisi Ronjok Sayak ini dilakukan setelah melaksanakan salat Isya pada 1 Syawal.

Binarundak (Sulawesi Utara)

Masyarakat Motoboi Besar di Sulawesi Utara juga memiliki tradisi menyambut Lebaran warisan leluhur yang masih dilakukan dan dilestarikan hingga sekarang, yakni tradisi Binarundak. Sebuah tradisi membuat atau memasak nasi jaha secara bersama-sama yang dilaksanakan selama tiga hari berturut-turut setelah Hari Raya Idulfitri.

Nasi jaha adalah makanan khas Sulawesi Utara yang berbahan dasar beras dan dimasak dalam batang bambu. Hidangan khas ini memiliki perpaduan rasa gurih dari santan, serta jahe yang cukup kuat. Menurut kepercayaan, tradisi Binarundak dalam menyambut Lebaran merupakan sarana silaturahmi terhadap sesama, sekaligus sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT.

baca juga  Serambi MyPertamina Manjakan Konsumen di Nataru, Ini Sederet Promonya

Festival Meriam Karbit (Kalimantan Barat)

Kalimantan Barat pun turut memiliki tradisi Lebaran yang tidak kalah unik dan penuh makna, yakni Festival Meriam Karbit. Sedikit berbeda dengan tradisi-tradisi lainnya, Festival Meriam Karbit justru menjadi pengingat kepada warga akan keberanian dan menumbuhkan semangat kebersamaan.

Festival menyambut Lebaran yang terkenal meriah ini digelar selama tiga hari berturut-turut. Dimulai sejak sebelum, sesaat, dan sesudah Lebaran. Menariknya, Festival Meriam Karbit tidak hanya menjadi tradisi Lebaran saja. Melainkan, juga menjadi warisan budaya yang kental dengan nilai historis karena berkaitan dengan sejarah berdirinya Kota Pontianak.

Kalau di daerah Sobat Parekraf sendiri ada tradisi apa, nih?

Facebook Comments Box

Berita Terkait

Polantas Brebes Sapa Warga, Bagikan Nasi Kotak dan Sampaikan Pesan Keselamatan
Kadis Pendidikan Pemalang Ismun Hadiyo: “Mari Ciptakan Generasi Muda Berkarakter, Berdaya, dan Berkontribusi Positif untuk Indonesia”
Sinergi Poskota.online dan Humas Daop 1 Jakarta Gelar Doa Bersama untuk Keselamatan Perkeretaapian Nasional
Dandim Pemalang Hadiri Upacara Peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-97 Tahun 2025 di Kabupaten Pemalang
Upacara Peringatan Hari Sumpah Pemuda Ke-97 di Simalungun, Bupati: Jadilah Pemuda yang Adaptif, Kreatif, dan Berintegritas
Lapas Brebes Gelar Upacara Peringati Hari Sumpah Pemuda ke-97
Sumpah Pemuda Dalam Lintasan Sejarah
Bingung Urus Administrasi Lalu Lintas? Satlantas Brebes Hadir dengan Program “Polantas Menyapa”

Berita Terkait

Wednesday, 29 October 2025 - 07:59 WIB

Polantas Brebes Sapa Warga, Bagikan Nasi Kotak dan Sampaikan Pesan Keselamatan

Tuesday, 28 October 2025 - 20:51 WIB

Kadis Pendidikan Pemalang Ismun Hadiyo: “Mari Ciptakan Generasi Muda Berkarakter, Berdaya, dan Berkontribusi Positif untuk Indonesia”

Tuesday, 28 October 2025 - 18:55 WIB

Sinergi Poskota.online dan Humas Daop 1 Jakarta Gelar Doa Bersama untuk Keselamatan Perkeretaapian Nasional

Tuesday, 28 October 2025 - 18:29 WIB

Dandim Pemalang Hadiri Upacara Peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-97 Tahun 2025 di Kabupaten Pemalang

Tuesday, 28 October 2025 - 18:23 WIB

Upacara Peringatan Hari Sumpah Pemuda Ke-97 di Simalungun, Bupati: Jadilah Pemuda yang Adaptif, Kreatif, dan Berintegritas

Berita Terbaru