PUTUSIBAU KAPUAS HULU-Poskota Online – Ratusan Warga Dusun Nanga Sebilit Desa Bakong , Kecamatan Bunut Hulu Kabupaten Kapuas Hulu menggelar panen ikan Tapah secara tradisional. Kamis (18/9/25).
Hampir ratusan warga masyarakat bersama sama Sedesa Bakong turun kesungai saking gembira nya warga dengan rezeki musiman ini tak ketinggalan mulai dari anak anak,lelaki, perempuan bahkan hingga yang tua pun turun ke sungai menangkap ikan.
Warga menangkap ikan di lokasi di sungai Nerian anak sungai batang tebaong.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Panen ikan tapah ini adalah kegiatan tahunan yang diikuti oleh warga sekitarnya mereka berbondong-bondong datang untuk berburu ikan tapah.
Salah satu Tokoh masyarakat Setempat Suharmanto,melaporkan kepada media ini
Panen ikan tapah tradisi kami di kabupaten Kapuas hulu setiap tahun warga berburu dan mendapatkan ikan tapah dalam wktu satu hari sebanyak 750 kg ikan tapah dengan berat ada yang mencapai 50 kg per ekor.
Warga Sebilit berburu dengan menggunakan tombak yang dirakit khusus, ikan tapah hasil tangkapan tersebut di bagikan per KK (Kepala Keluarga) yang ikut turun berburu,bagi yang tidak ikut turun berburu pun di bagikan tetapi tidak dapat bagi yang sama.tidak di jual.
Berburu ikan tapah ini jadi tradisi warga setempat sejak turun temurun dari jaman nenek moyang.
Suharman menjelaskan bahwa ikan tapah di panen saat air pasang. Ketika air naik ikan ikan masuk ke Sungai Nerian lalu warga memasang alat penutup menggunakan alat tradisioal, dan warga bersiap memasang pukat serta menombak ikan tersebut ketika waktu air surut.
“Ada tiga tahapan saat ikan tapah masuk ke sungai: mengantar telur, menetas, dan induk ikan mengambil anak-anaknya untuk dibawa ke luar sungai,” tuturnya.
Tradisi ini bukan hanya menjadi ajang panen, tetapi juga memperkuat solidaritas dan kebersamaan antarwarga.
Tokoh Masyarakat Suharman katakan lat-alat ini sering kali dibuat menggunakan bahan-bahan alami yang ramah lingkungan dan tidak merusak ekosistem danau atau sungai, berbeda dengan alat tangkap modern yang lebih berpotensi merusak habitat ikan.
Para Pemburu ikan di Kapuas hulu sering menggunakan bubu untuk menangkap ikan di sungai Alat ini dipasang dengan cara diletakkan di dasar sungai, dan ikan akan terjebak di dalamnya.
Selain itu, pukat tradisional juga sering digunakan dalam menangkap ikan di kawasan pesisir danau dan sungai di Kapuas hulu dengan teknik yang dilakukan secara bergotong-royong, sesuai dengan prinsip kearifan lokal yang mengutamakan kelestarian alam.
Masyarakat setempat juga menerapkan prinsip-prinsip berkelanjutan dalam penggunaan alat tangkap ikan, mengingat pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem perairan baik di danau maupun di sungai.
Mereka lebih memilih menggunakan alat tangkap tradisional untuk menghindari penangkapan ikan yang berlebihan, yang dapat merusak populasi ikan di sungai dan di danau.
Hal ini sesuai dengan ajaran adat yang mengajarkan untuk tidak mengambil hasil laut atau sungai secara berlebihan agar sumber daya tersebut dapat terus dimanfaatkan oleh generasi mendatang.
Di tengah perkembangan pesat teknologi dan alat tangkap modern, masyarakat Kalimantan Tengah tetap mempertahankan penggunaan alat tangkap ikan tradisional.
Upaya ini bukan hanya untuk menjaga kearifan lokal, tetapi juga untuk mendukung keberlanjutan sumber daya alam dan perikanan yang ada di wilayah tersebut. Diharapkan, langkah ini dapat menjadi contoh bagaimana teknologi dan tradisi dapat berjalan berdampingan dalam menjaga keseimbangan alam dan kehidupan masyarakat akan kebutuhan ikan demi anak cucu kita mendatang kata Suharman.






