Poskota.online – Salah satu kunci keberhasilan suatu negara atau daerah dilihat dari kualitas pendidikan masyarakat setempat, jika pendidikan kurang memadai di daerah tersebut maka akan susah untuk berkembang daerah itu, untuk itu pemerintah harus ikut berperan aktif dalam memajukan dunia pendidikan baik pendidikan agama dan pendidikan umum.
Sudah lama perlunya pembaharuan pemikiran Islam disuarakan, Namun selalu dihadapkan oleh situasi- situasi baru didalam negeri dan luar negeri yang
muncul karena perubahan jaman, akibat dari pergeseran geopolitik, dan meningkatnya pendidikan dan pengalaman umat manusia. Melihat realita yang ada disekeliling kita penuh dengan kejumudan dan pembekuan pemikiran. Betapa tidak dengan hanya mengikuti alur kehidupan dan mengikuti irama peraturan, manusia hidup dengan kungkungan yang membelenggu, banyak juga manusia yang rela hidup dengan dogma dan doktrinasi dari pihak- pihak yang menginginkan untuk di eksploitasi demi kepentingan belaka.
Doktrinisasi agama bukan menciptakan insan yang intelektualis dan agamis, malah menciptakan teroris dan radikalis anarkis. Kecondongan untuk mengajarkan materi ajar hanya berupa dogma dan pemaksaan pemikiran untuk menerima apa yang mereka ajarkan secara parsial.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Relasi Islam dan konsep kenegaraan akan terus mewarnai pergulatan pemikiran dikalangan intelektual muslim, Tema ini akan selalu aktual dan menarik, seiring dengan perubahan dan perkembangan zaman. Pemikiran tokoh- tokoh modernisme islam seperti Jamaluddin al- Afgani, Muhammad Iqbal, Rasyid Ridla, sampai kepada Mustafa Kemal adalah tokoh- tokoh yang memberikan sumbangan tidak sedikit bagi posisi agama dalam konsep kenegaraan yang pengaruhnya sangat dirasakan oleh dunia islam secara umum. Sebutlah sekedar sebagai contoh ide konstitusi, tidak semua penganut agama dunia merasa nyaman dan cocok dengan apa yang tertuang dalam konstitusi.
Sejalan dengan itu sejumlah cendikiawan muslim kontemporer, seperti Muhammad Arkoun, M. Abid Jabiri dan Hasan Hanif mengidentifikasi krisis
kesadaran ini sebagai kegagalan memaknai islam secara autentik. Dengan kata lain umat Islam gagal merespon perubahan dengan berangkat dari ajaran Islam yang subtantif dan pengalaman kebudayaan Islam sendiri.
Dalam hal itu, kehadiran Islam yang diyakini dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Petunjuk agama mengenai
berbagai kehidupan manusia, berbangsa, dan bermasyarakat sebagaimana terdapat di dalam Al- Qur’an dan Hadits.
Islam mengajarkan kehidupan yang dinamis dan progresif, menghargai akal pikiran melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bersikap
seimbang dalam memenuhi kebutuhuan material dan spiritual, menghargai waktu, bersikap terbuka, demokratis, berorientasi pada kualitas, egaliter, kemitraan, antifeodalistik, mencintai kebersihan, mengutamakan persaudaraan, bersikap postif lainnya.
Penyebab utama stagnasi, terjadinya faktor politik seperti kemunduran Dinasti Abbasiyah, dan termasuk faktor Intelektual. Oleh sebab itu, sebuah
kebijakan yang harus dimunculkan adalah upaya- upaya sistematis dalam merumuskan kembali teknik memahami dan mengamalkan serta menjadikan agama bukan sesuatu yang bersifat teologis normatif dan ritual belaka, melainkan agama menjadi sebuah ruh atau pedoman kehidupan yang akan menghantarkan pemeluknya menuju kesejahteraaan hidup yang abadi dan mengasah pola pikir yang imajinatif, inovatif dan partisipatif sebuah kunci utama untuk melakukan implementasi nilai- nilai kemajuan paradigma transformatif dan agen of analisis.(*)
Penulis : Risky Putra Mulia Harahap, S.Pd






